Pi Network

Pi Network, Wujud Matinya Sebuah Kepakaran

Pi Network akhirnya mendarat di bursa kripto pada 20 Februari 2025 lalu. Setelah enam tahun mengembangkan jaringan dan ekosistem mereka, para penambang koin kripto ini, disebut sebagai pionir (pioneer), dapat bertransaksi melalui bursa menggunakan koin mereka.

Ketika sebagian pionir merayakan kabar tersebut dengan suka cita, sebagian lainnya berusaha menolak fakta tersebut. Mereka, yang utamanya para penganut paham Global Consensus Value (GCV), beranggapan bahwa open network koin $PI pada 20 Februari sebagai sebuah kepalsuan. Pasalnya, harga awal hanya sekitar US$2,2 dolar saja, tidak US$314.159 sebagai apa yang mereka bayangkan selama ini.

Beberapa pentolan GCV, yang tergabung dalam Sekte Teratai Ungu, bahkan menyebarkan informasi bahwa 20 Februari 2025 tersebut hanya sebagai open network biasa. Keajaiban sesungguhnya akan terjadi pada 14 Maret 2025, yang mereka sebut sebagai open mainnet global. Pada hari itu, Core Team (CT) Pi Network akan mengumumkan harga secara resmi.

Penolakan atas fakta mendaratnya $PI di bursa membuat mereka menahan diri untuk melakukan transaksi. Alih-alih bertransaksi, mereka memilih untuk memercayai, dan kemudian menggemakannya, suara-suara para penyebar paham GCV. Tokoh-tokoh seperti Demma Hendrik Imanuel, Nonny Padja, Dimas Nawawi, dan Doris Yin, tetap dianggap sebagai sebuah sabda suci.

Kisah penolakan pionir Pi Network, dan geliat mereka untuk terus mendukung GCV yang tidak masuk logika tersebut, menunjukkan sebuah kisah matinya kepakaran dalam pengembangan Pi Network. Kepakaran tersebut, alih-alih dijaga agar tidak benar-benar mati, justru dibiarkan semakin mati oleh Nicolas Kokkalis dan Chengdiao Fan, dua pentolan dalam proyek ini.

Pi Network, Pertempuran Polar Waras Melawan Polar Halu

Secara teknis, terdapat dua kekuatan dalam komunitas Pi Network. Kekuatan atau polar tersebut adalah polar waras dan polar halu.

Kekuatan pertama, polar waras, adalah mereka yang berada di luar lingkaran dan pengaruh GCV. Mereka mengikuti informasi dan arahan dari CT dan para moderator, dan mengikuti instruksi hanya melalui saluran resmi. Mereka juga tidak tergoda dengan beberapa perseroan terbatas (PT) yang menjanjikan barang-barang mewah, yang saat ini bertebaran banyak sekali dalam komunitas Pi Network.

Baca Juga  Riwayat Singkat Teman-teman Bulu Burung

Penganut polar waras, bisa dikatakan, adalah mereka yang melakukan DYOR ketika mengikuti proyek Pi Network. Mereka membaca, menelaah, dan membagikan informasi yang sesuai dengan pesan CT dan para moderator. Itu membuat mereka akhirnya banyak yang melihat potensi koin $PI sebagai sebuah kripto, dan berinteraksi di bursa ketika $PI mendarat di bursa pada Februari 2025 lalu.

Kekuatan kedua, dan yang lebih kuat, adalah polar halu. Mereka adalah penganut paham GCV, yang disebarkan melalui beberapa pembuat konten di media sosial. Alih-alih mengikuti informasi dari CT dan moderator, mereka memilih untuk mengikuti para pendengung seperti Berly, Doris Yin, Fauzan Wibowo, dan lainnya. Bahkan, mereka tampil memusuhi moderator, yang mereka anggap tukang nyinyir dan tukang serok.

Berbeda dengan polar waras, polar halu enggan melakukan do your own research (DYOR). Informasi apa pun yang mereka temukan seputar Pi Network, dibagikan begitu saja. Apa pun yang terdapat logo Pi Network atau menyebutkan nama Pi Network, dianggap sebagai informasi resmi.

Polar halu, selain enggan melakukan DYOR, percaya bahwa koin $PI akan berharga miliaran suatu saat nanti. Itu membuat mereka tidak mau turun ke bursa dan bertransaksi di sana. Alih-alih membuat mereka mendapatkan keuntungan, mereka terancam akan mengalami kerugian ketika nilai $PI anjlok ketika seluruh suplainya tersedia di bursa.

Pertempuran antara polar waras dan polar halu tidak begitu terlihat. Para penganut polar waras lebih memilih untuk tidak berinteraksi di media sosial, sementara para polar halu aktif berinteraksi. Mereka cenderung membagikan informasi kepada diri dan sesama downline saja, alih-alih berteriak lantang menyebarkan informasi tentang Pi Network, layaknya seorang nabi pembawa pesan Tuhan.

Dua Jawaban Penyebab Matinya Kepakaran di Pi Network

Meski polar waras bergabung dengan CT dan moderator, bahkan juga bergabung dengan penyinyir, istilah bagi mereka yang mengkritik Pi Network, suara mereka kalah lantang melawan polar halu.

Baca Juga  Transbudaya, Solusi Menyelesaikan Konflik antara Yuridanshi dan Non-Yuridanshi

Mengapa demikian? Terdapat dua jawaban untuk menjawab pertanyaan ini. Pertama, ketiadaan kekuatan dari CT dan moderator untuk turun ke bawah (turba) menyebarkan informasi secara langsung.

Nicolas Kokkalis dan Chengdiao Fan, dua pendiri Pi Network, membatasi akses bagi CT lainnya dan para moderator dalam menggunakan media sosial. Mereka dilarang untuk membuat akun media sosial yang berafiliasi dengan Pi Network. Ini membuat mereka tidak mendapatkan kekuatan langsung kepada pionir di bawah, yang sebagian besar adalah generasi tua yang tidak dapat melakukan DYOR.

Seperti yang diungkapkan beberapa moderator Pi Network Indonesia kepada saya beberapa waktu yang lalu, pembatasan tersebut membuat mereka tidak bisa melakukan apa-apa. Itu juga yang membuat nama grup Telegram mereka harus menggunakan nama Unofficial alias Tidak Resmi, karena Nicolas dan Chengdiao tidak mengizinkan sumber suara lain.

Jawaban pertama tersebut menghasilkan jawaban kedua, yakni terputusnya jembatan antara CT dan moderator dengan pionir. Pihak pertama, sebagai seorang pakar (dalam arti mereka yang mengetahui seluk-beluk Pi Network), tidak dapat tersambung dengan baik ke para pionir yang menambang. Ini membuat para pionir kehilangan induk, memaksa mereka untuk tersambung dengan kumpulan orang bodoh sok tahu, mengutip istilah Tom Nichols.

Kondisi tersebut membuat figur-figur seperti Doris Yin, Fauzan Wibowo, Demma Hendrik Imanuel, Abner Tindi, Berly, dan lainnya, muncul sebagai penyambung lidah pionir. Beberapa dari mereka bahkan mengklaim menjadi sosok yang mewakili seluruh pionir di dunia. Sebut saja Doris Yin, menyebut dirinya ambassador (duta besar), dan Demma Hendrik Imanuel, yang melabeli diri sendiri sebagai sekjen bagi para pionir.

Kedua kondisi tersebut, alih-alih memberikan penerangan kepada pionir dan membantu mereka dalam melakukan DYOR, justru membunuh kepakaran dalam tubuh Pi Network. Apakah ada langkah yang dilakukan Nicolas dan Chengdiao terkait hal ini?

Mengabaikan Bangkai Kepakaran Alih-Alih Menyelamatkannya

Melihat kepakaran yang mati mengenaskan dalam tubuh Pi Network, Nicolas Kokkalis dan Chengdiao Fan terlihat tidak melakukan langkah apa-apa untuk menghidupkannya kembali. Bahkan, mereka seolah mengabaikan situasi kepakaran yang mati tersebut.

Baca Juga  Enggal Nirwana Sejati, Eksistensi Sekte Penipuan Berbasis Web3

Dalam akun resmi Pi Network di X, mereka hanya menerbitkan informasi tentang selalu mengikuti informasi dari akun resmi Pi Network. Mereka juga menunjukkan akun resmi Nicolas Kokkalis dan Chengdiao Fan, yang terlihat tidak aktif digunakan kembali.

Namun, Nicolas dan Chengdiao memilih untuk berhenti sampai di sana. Mereka tidak menyadari kehadiran para penggema Pi Network, mereka yang menjadi orang bodoh sok tahu dalam tubuh koin kripto ini. Alih-alih turun langsung membungkam mulut mereka, para moderator yang justru dikerahkan untuk melawan para penyesat pikiran ini.

Dengan kondisi jembatan kepakaran yang terputus antara moderator dan pionir, informasi yang disebarkan moderator melalui chatroom justru berakhir tidak efektif. Malah, informasi tersebut seringkali menjadi penanda bahwa moderator berada di pihak yang tidak netral, dan menyerang para polar halu penganut paham GCV.

Kondisi seperti ini, alih-alih menyelamatkan wajah Pi Network sebagai kripto berbasis utilitas dengan penambang yang cerdas, menjadikan mereka menjadi proyek kripto berbasis sekumpulan orang-orang bodoh yang mendengarkan sekumpulan penggema sok tahu. Ini, pada akhirnya, membuat citra Pi Network sebagai koin halu menguat, dan akhirnya dipercaya sebagai demikian oleh banyak kalangan, utamanya mereka yang bukan pionir.

Pada akhirnya, kepakaran dalam tubuh Pi Network telah mati. Ia tidak hanya mati, tetapi dibiarkan membusuk, tanpa ada upaya untuk menghidupkannya kembali. Tentu, semua kesalahan harus kita titik beratkan kepada Nicolas Kokkalis dan Chengdiao Fan, yang tidak turba melawan para orang bodoh sok tahu dalam tubuh proyek kripto mereka. Sikap tidak peduli mereka, pada akhirnya, mengotori Pi Network itu sendiri.

*Tulisan ini merupakan pengembangan dari opini pendek saya di NNC Hype berjudul Proyek Pi Network dan Matinya Kepakaran, terbit 22 Oktober 2024.

Bandung Eko Sinergitas Teknologia

[Cerpen] Bandung Encok Sinergitas Teknologia

Otokritik

‘Belajar dari Sejarah itu Penting, Kawan’ – Sebuah Otokritik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Tag

Komentar Terbaru