Pada 2021 lalu, Bikini Bottom Studieclub kembali kedatangan seorang anak muda yang tertarik menjadi bagian dari paguyuban kecil ini. Ia masih sangat belia, saat ini masih menempuh pendidikan SMK kelas tiga.
Sebagai awalan dari proses inisiasi, saya ingin melihat kemampuannya dalam menulis sebuah tulisan, entah itu tulisan sejarah atau tulisan opini populer ringan. Saya berikan waktu selama seminggu, yakni beberapa minggu sebelum temu ringan berikutnya.
Belum satu hari tantangan yang saya berikan berguler, ia mengirimkan saya sebuah pesan pribadi. Ia mengatakan sangat kesulitan dalam menulis, dan bingung dengan mekanisme menghasilkan sebuah tulisan. Akhirnya, ia meminta untuk undur diri jika dirasa kemampuannya tidak akan berguna banyak.
Jujur, saya merasa kesulitan menerima pesan seperti ini. Tetapi, karena memang saya lihat ia ingin belajar dengan sungguh-sungguh di Studieclub, saya persilakan ia untuk tetap tinggal, sembari meminta ia untuk mencoba mengerjakan tantangan tersebut sebisa kemampuannya.
Apakah menulis sejarah merupakan pekerjaan yang rumit? Jika menulis kita maknai sebagai menyajikan konten sejarah harian dengan menggunakan satu sumber, itu tentu bukan hal yang sulit. Mengapa? Karena itu bukanlah konten sejarah.
Konten seperti itu merupakan tulisan sejarah yang ditulis tanpa adanya penguasaan atas metode penelitian sejarah yang mumpuni. Menyebut konten seperti itu sebagai konten sejarah, tentu merupakan hal yang sulit.
Menulis sejarah membutuhkan lebih dari satu buah sumber sebagai bahan analisis. Ia membutuhkan pemahaman mengenai heuristik, kemampuan kritik sumber yang kuat, dan kekuatan interpretasi atas sumber yang mumpuni. Mengikuti pemahaman Kuntowijoyo, menulis sejarah membutuhkan penguasaan atas metode penelitian sejarah.
Selain penguasaan metode, sejarah, sebagai sebuah seni menurut A. L. Rowse, juga membutuhkan kemampuan sejarawan untuk menuangkan hasil konstruksi mereka melalui tulisan. Seperti seorang seniman dalam menoreh cat di atas kanvas, seorang penulis naskah menuangkan kemampuan berpikirnya di atas secarik kertas. Tulisan sejarah membutuhkan kemampuan imajinasi dan menulis yang tidak hanya kuat secara ilmiah, tetapi juga memikat pembaca dan membuat mereka berpikir lebih jauh.
Kabar baik bagi kita semua, saya berhasil menemukan beberapa panduan menulis sejarah yang dapat Anda baca dan gunakan untuk meningkatkan kemampuan dalam menulis sebuah tulisan sejarah. Beberapa sudah selesai saya alih bahasakan ke bahasa Indonesia, dan beberapa lainnya sedang dalam proses pengalihbahasaan.
Dengan adanya panduan menulis sejarah ini, diharapkan tulisan sejarah yang beredar yang Anda tulis tidak hanya memikat orang untuk membacanya, tetapi juga mendorong mereka untuk berpikir historis dan kritis.
Beberapa bacaan ringan terkait panduan menulis tulisan sejarah
[1] Harvard College Writing Center. A Brief Guide to Writing the History Paper.
[2] Hamilton. Analyzing a Historical Document.
[3] Hamilton. Writing a Good History Paper.
[4] Melissa Brynes. Guide for Writing in History.
[5] Patrick Real. Reading, Writing, and Resaerching for History; A Guide for College Students.
Beberapa bacaan yang dapat membantu melatih pemahaman sejarah dasar
[1] A. L. Rowse. (1963). The Use of History. London: Hodder & Stoughton. [diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Apa Guna Sejarah?]
[2] Kuntowijoyo. (2018)[1995]. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana.
[3] Ch. V. Langlois & Ch. Seignobos. (1898). Introduction to the Study of History. New York: Henry Holt and Co. [diterjemahkan ke bahasa Indonesia dengan judul Pengantar Ilmu Sejarah]

2 thoughts on “Menulis Sejarah adalah Hal yang Sulit?”