Sebagai sebuah proyek aset kripto berbasis komunitas, Pi Network tidak hanya memantik diskusi di kalangan para pionir (pioneer), penambangnya. Ia juga mendorong sekumpulan kaum oportunis untuk mencari keuntungan di balik geliat aktivitas para pionir.
Salah satu proyek oportunis yang berusaha mencari keuntungan tersebut adalah PT Enggal Nirwana Sejati (ENS). Proyek besutan Fauzan Wibowo ini tampil sebagai garda terdepan bagi para pionir yang ingin mencairkan koin Pi mereka menjadi rupiah.
Berbeda dengan proyek oportunis lain, seperti MyTransaksi (PT Philips Cahaya Terang) atau Pi Showroom, yang memiliki persyaratan ruwet, ENS menyampaikan rencana mereka secara sederhana. Cukup dengan mentransfer dana sebesar Rp500.000, para pionir yang tergiur keuntungan cepat dijanjikan akan mendapatkan Rp 1 miliar setelah koin Pi open network.
Tentu, niat Fauzan Wibowo menjembatani para pionir mendapatkan kritik dari berbagai pihak. Para penyinyir, sebutan untuk pengkritik Pi Network, jajaran moderator Pi Network dari Indonesia, serta mereka yang merasa janggal akan program ENS, menuduh Fauzan Wibowo sedang melakukan upaya penipuan. Namun, Fauzan tetap bergerak, dan ENS tetap mendulang pionir demi pionir untuk mencairkan koin Pi mereka ke rupiah.
Bagi Anda yang tidak asing dengan skema cepat kaya, praktik ENS adalah modus klasik penipuan berbasis titip dana. Berkat kelihaian Fauzan, ia berhasil mengemas bentuk klasik skema cepat kaya ini menjadi bentuk yang baru. Terlebih, Fauzan memiliki banyak senjata, agar pionir terjebak dalam tipu daya proyek oportunis ENS yang ia dirikan.
Apa saja senjata Fauzan Wibowo dan ENS dalam memperdaya para pionir Pi Network?
Senjata Pertama ENS: Legitimasi Legalitas yang Semu
Sebagai sebuah bisnis legit dalam dunia Pi Network, Fauzan Wibowo membekali PT ENS dengan segudang legalitas. Legalitas tersebut menjadi senjata pertama untuk menegaskan posisi ENS sebagai bisnis yang legal di hadapan seluruh pionir Pi Network.
Sejak proses perancangan bisnis, ENS telah disiapkan dengan berbagai izin. Nomor Administrasi Hukum Umum (AHU), tanda daftar PSE Kominfo, dan berbagai tanda-tanda resmi lainnya disematkan kepada ENS. Meski sebenarnya AHU adalah sebatas administrasi biasa bagi seseorang untuk melakukan kegiatan usaha, dan PSE dari Kominfo hanya sebagai tanda daftar, Fauzan memperlakukannya sebagai sebuah legalitas bagi ENS.
Secara teknis, ENS belum dapat dikatakan sebagai sebuah bursa kripto yang legal di Indonesia. Terdapat banyak persyaratan yang harus dipenuhi ENS dan Fauzan Wibowo jika ingin menjadikan perusahaannya sebagai sebuah perusahaan yang legal. Namun, Fauzan sepertinya tidak perlu repot-repot mengurus demikian, karena dengan AHU dan PSE Kominfo, pionir Pi Network banyak yang telah terpedaya olehnya.
Legitimasi sebuah legalitas dalam sebuah bisnis online, seperti AHU dan PSE, adalah hal lumrah dewasa ini. Surat-surat tersebut, yang sebenarnya hanya tanda administrasi umum, sering diposisikan sebagai bukti bahwa sebuah bisnis online tidak akan melakukan penipuan di Indonesia. Namun, seperti kebanyakan lainnya, surat bertanda tangan pemerintah tersebut hanya berakhir menjadi surat kosong, dan bisnis online tersebut tetap saja melakukan penipuan.
Senjata Kedua ENS: Penciptaan Otoritas melalui Jargon Ndakik-Ndakik
Selain mengandalkan legitimasi atas legalitas, Fauzan Wibowo juga mengandalkan berbagai jargon ndakik-ndakik untuk memperdaya calon korbannya. Dengan menggunakan berbagai istilah hi-tech, ia seolah-olah tampil sebagai figur otoritas yang berwenang menguasai pengetahuan tentang aset kripto.
Dalam sebuah video TikTok, misalkan, Fauzan Wibowo menyatakan bahwa ENS telah berada dalam sistem Web3. Ia menyebut bahwa berbeda dengan Bitcoin (BTC), yang masih berada dalam Web2, ENS berada lebih tinggi dari BTC yang masih dianggap aset kripto tradisional.
Padahal, secara teknis, BTC memiliki hubungan yang dekat dengan Web3. Mengutip Bitget.com, baik BTC dan Web3 sama-sama memiliki tujuan untuk melakukan desentralisasi terhadap sistem yang berlaku saat ini. BTW bertujuan untuk melakukan desentralisasi secara finansial dan menciptakan sistem keuangan elektronik berbasis peer-to-peer, dan Web3 meningkatkannya lebih jauh kepada segala aspek di internet.
Mengatakan bahwa BTC sebagai Web2 tentu merupakan sebuah kekeliruan yang keluar dari mulut Fauzan. Namun, bagi para pionir, yang sebagian besar tidak pernah melakukan do your own research (DYOR) terkait kripto, mereka akan percaya begitu saja. Dengan jargon ndakik-ndakik tersebut, Fauzan memposisikan dirinya sebagai seorang orang awam yang sok tahu tentang aset kripto, menjebak para pionir lugu agar menjadi mangsa PT ENS.
Senjata Ketiga ENS: Bunda Rere sebagai Bung Besar di Grup Telegram
Selain kedua senjata tersebut, Fauzan masih memiliki senjata ketiga yang memungkinkannya untuk terus melakukan penipuan melalui PT ENS. Senjata tersebut adalah keberadaan Bunda Rere sebagai divisi media sosial di grup Telegram.
Bunda Rere tidak hanya mengawasi seluruh komunikasi di grup Telegram Enggal Nirwana Sejati. Ia juga mengatur diskusi yang berlangsung antaranggota, agar tetap sesuai dengan komando Fauzan Wibowo. Segala chat yang terbit di luar komando tersebut, Bunda Rere dengan cepat langsung menendang anggota dari grup.
Kondisi ini menciptakan sebuah sekte yang berpemikiran seragam. Mereka kompak mendukung PT ENS, meski secara teknis mereka telah ditipu dan dikadali. Melalui kontrol Bunda Rere yang berperan layaknya Bung Besar dalam novel 1984, narasi tentang PT ENS dikendalikan, agar tetap seirama dengan komando.
Meski kini grup Telegram Enggal Nirwana Sejati telah disusupi para penyinyir, Bunda Rere masih tetap berusaha mengendalikan diskusi. Ia tetap menjaga agar seluruh anggota mengikuti arahan Fauzan Wibowo, mau tidak mau, suka tidak suka. Bagi yang melenceng sedikit saja, baik mempertanyakan pencairan koin Pi, atau bertanya kapan Pi Network open network, Bunda Rere akan menendang anggota tersebut dengan senang hati.
Ketiga senjata tersebut, yakni legitimasi akan legalitas semu, penciptaan Fauzan sebagai tokoh otoritas bermodalkan jargon ndakik-ndakik, dan kontrol Bunda Rere atas seluruh informasi dalam grup Telegram, menjadi gabungan yang sempurna bagi ENS untuk melakukan penipuan. Namun, bukan berarti ketiga senjata tersebut akan tetap membuat ENS bertahan melakukan aksi penipuan mereka. Sebuah gesekan kecil, baik dari luar maupun dari dalam, akan meruntuhkan PT Enggal Nirwana Sejati dan Fauzan Wibowo, bak sebuah istana pasir.
josss